Kamis, 24 Desember 2009

Pemberontakan Para Normatif

Subyek Formal:

Saudara…pelajari buku ini! Terjemahkan dan buat ringkasannya. Minggu depan presentasikan bersama kelompok! Semua harus mengerjakan. Tanpa kecuali. Paham?

Obyek Normatif:

Wah, sulit sekali. Saya tidak dapat memahaminya dengan baik. Apalagi referensinya dalam bahasa asing. Bagaimana aku bisa memahaminya? Bukankah masih banyak referensi yang lain? Kenapa harus memakai referensi ini?

Subyek Formal:

Karena hanya ini referensi yang paling bagus, yang ditulis oleh para ahlinya. Jadi pelajari saja!

Obyek Normatif Patuh:

Iya benar. Aku juga kesulitan membuat ringkasannya. Bahasanya sulit sekali dipahami. Tapi ini kan tugas. Harus dikerjakan. Jadi mau tidak mau harus aku kerjakan. Tidak peduli hasilnya baik atau tidak..

Obyek Normatif Bijak:

Jangan mengeluh… inilah kesempatan kita untuk belajar sesuatu yang kita rasakan sulit. Dengan tugas yang sulit ini, kita kan bisa sembari mengasah kemampuan kita dalam menerjemahkan bahasa asing. Yakinlah kita pasti bisa! Kita pasti bisa menyelesaikan tugas yang sulit ini dengan baik.

Obyek Normatif Kritis:

Kau memang benar Normatif bijak. Tapi lihatlah! Tahun berapa buku ini dibuat? Sudah lama sekali. Padahal perkuliahan ini kan seharusnya mengupas dan meneliti informasi-informasi atau permasalahan-permasalahan yang ada pada masa kini. kalau begitu aku harus tetap mencari referensi lain yang up to date.


Benar atau Salah; Yang Tertinggi atau Yang Terendah

Apakah Benar atau Salah?

Menurut Epicuros, semua yang terpandang adalah kenyataan lahiriah, benar atau salah dari realitas adalah hasil pandangan itu sendiri, sehingga pengertian merupakan norma dan kriteria kebenaran. (Atang hal.113)

Sedangkan menurut kaum Stoa, kriteria bagi suatu kebenaran terletak pada evidensinya, kenyataannya, bahwa isi pemandangan itu terletak pada pikiran. Buah pikiran benar apabila pemandangan itu tepat, yaitu memaksa kita membenarkannya. Pemandangan yang benar ialah suatu pemandangan, yang menggambarkan barang yang dipandang dengan terang dan tajam, sehingga orang yang memandang itu terpaksa membenarkan dan menerima isinya. (Atang hal. 115)

Contoh “Benar atau Salah”

Misalkan terdapat kalimat: “Di luar hawanya dingin”

Kalimat tersebut dapat dianalisa sebagai berikut: 1) suatu perangkat tanda, 2) suatu susunan tanda-tanda yang teratur yang sesuai dengan aturan-aturan sintaksis, 3) makna yang dikandungnya atau dimaksudkannya.

Susunan tanda-tanda yang teratur dinamakan kalimat berita atau pernyataan. Kalimat berita tersebut merupakan istilah yang murni yang bersifat sintaksis. Tidak ada perangkat tanda yang dapat dikatakan benar. Begitu pun kita sesungguhnya tidak dapat mengatakan bahwa sesuatu pernyataan benar. Dalam hal ini, perkataan “benar” hanya hanya dapat diterapkan pada kandungan makna suatu pernyataan, atau yang disebut proposisi. Apabila proposisinya sungguh-sungguh merupakan halnya (sungguh-sungguh bahwa di luar hawanya dingin), maka proposisinya benar. Namun bila proposisinya tidak merupakan halnya, maka proposisinya salah. (Louis O. Katsof, hal. 172-173)

Siapakah “Yang Tertinggi” atau “Yang Terendah”?

Dalam kehidupan terdapat bermacam komponen yang menempati dimensinya masing-masing. Binatang sebagai salah satu dalam komponen dalam kehidupan, menempati dimensi yang lebih rendah daripada dimensi manusia. Akan tetapi binatang menempati dimensi yang lebih tinggi daripada dimensi batu atau tanah.

Manusia, merupakan makhluk yang paling sempurna, yang dikaruniai akl dan nafsu. Namun sesungguhnya ada yang lebih tinggi, yaitu malaikat. Dan sesungguhnya masih ada yang lebih tinggi, yang melebihi malaikat, dan melebihi segalanya, yaitu Tuhan.

Dan apakah ada “yang terendah”? Ketika kita berfilsafat, maka kita menggunakan olah pikir kita untuk memikirkan segala yang ada dan mungkin ada. Jika kita berpikir tentang apa yang tertinggi dan yang terendah,maka kita akan menemukan urutan dimensi dari yang tertinggi, yaitu Tuhan, kemudian dibawahnya maliakat, kemudian manusia, binatang, batu, dst. Hingga kita tidak mampu menyebutkan lagi apa yang berada di bawah dimensinya. Itulah sebenarnya yang terendah. Ketika kita tak mampu lagi memikirkan apa yang ada dan mungkin ada.


Selasa, 15 Desember 2009

Batas Tanpa Batas

Batas membatasi ruang dan waktu. Segala sesuatu yang terbatas, berarti mempunyai awal dan mempunyai akhir.

Bagaimana dengan tanpa batas? Setiap pemikiran adalah tanpa batas. Dengan filsafat, kita dapat memikirkan segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Sehingga ada begitu banyaknya yang dapat kita fikirkan, dan kita sendiri tak mampu untuk menyatakannya.

Namun adakah batas tanpa batas itu sendiri? Pada dasarnya segala sesuatu yang ada di muka bumi ini memiliki batas. Batas tanpa batas itu sendiri adalah ketika kita hanya dapat menyebutkan tanpa batas, dan tidak mampu mengungapkan secara lengkap sesuatu yang tanpa batas itu.

Sesungguhnya hanya Allah yang memiliki sifat tanpa batas itu. Tiada terbatas rahmat yang diberikan kepada manusia. Tiada terbatas kenikmatan yang diberikan Allah kepada manusia. Dan tiada terbatas ampunan yang diberikan Allah apabila manusia mau bertobat. Dan sudah sepatutnya kewajiban manusia adalah untuk selalu bersyukur kepada-Nya…

Ilmu sebuah Tahta. Benarkah?

Definisi ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (apabila dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam). , Harsojo, Guru Besar Antropolog, Universitas Pajajaran

Mengapa ilmu hadir?

Pada hakekatnya, manusia memiliki keingintahuan pada setiap hal yang ada maupun yang sedang terjadi di sekitarnya. Sebab, banyak sekali sisi-sisi kehidupan yang menjadi pertanyaan dalam dirinya. Oleh sebab itulah, timbul pengetahuan (yang suatu saat) setelah melalui beberapa proses beranjak menjadi ilmu.

Bagaimanakah manusia mendapatkan ilmu?

Manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan sempurna, yaitu dilengkapi dengan seperangkat akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran inilah, manusia mendapatkan ilmu, seperti ilmu pengetahuan sosial, ilmu pertanian, ilmu pendidikan, ilmu kesehatan, dan lain-lain. Akal dan pikiran memroses setiap pengetahuan yang diserap oleh indera-indera yang dimiliki manusia.

Dengan apa manusia memperoleh, memelihara, dan meningkatkan ilmu?

Pengetahuan kaidah berpikir atau logika merupakan sarana untuk memperoleh, memelihara, dan meningkatkan ilmu. Jadi, ilmu tidak hanya diam di satu tempat atau di satu keadaan. Ilmu pun dapat berkembang sesuai dengan perkembangan cara berpikir manusia.

Batapa pentingnya ilmu bagi kehidupan manusia. Dengan ilmu manusia dapat menjadi seperti apa yang mereka inginkan. Dengan ilmu, manusia mampu menciptakan segala sesuatu yang akan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan manusia yang lain pada umumnya. Dengan ilmu pula, seseorang dapat memperoleh kekuasaan. Dan masih banyak lagi peran ilmu bagi kehidupan manusia.

Bagi manusia yang beradab, yang pada hakikatnya meletakkan pemikiran di atas segalanya, ilmu menempati posisi paling tinggi yang menentukan keberadaan seseorang dengan manusia yang lain. Ilmu menjadi sebuah tahta yang dapat menguasai dan mengatur seluruh kehidupan manusia.

Referensi:
http://www.anneahira.com/ilmu/index.htm

Matematika Menganyam Dunia

Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika, dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing yang berbeda. Ada yang mengatakan bahwa matematika itu bahasa symbol; matematika adalah bahasa numerik; matematika adalah bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional; matematika adalah metode berfikir logis; matematika adalah sarana berpikir; matematika adalah logika pada masa dewasa; matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya; matematika adalah sains mengenai kuantitas dan besaran; matematika adalah suatu sains yang bekerja menarik kesimpulan-kesimpulan yang perlu.; matematika adalah sains formal yang murni; matematika adalah sains yang memanipulasi symbol; matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang; matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur; matematika adalah ilmu abstrak dan deduktif, matematika adalah aktivitas manusia. (Erman Suherman, et.al., 2003. Hal. 15)

Matematika merupakan bahasa symbol. Bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna yang diberikan padanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. (Jujun S. Suryasumantri, 2002. Hal. 190)

Betapa besarnya peran matematika bagi kelansungan berpikir manusia. Dengan matematika, manusia dapat menggunakan kemampuan berpikirnya, tidak hanya pada bidang sains tetapi dalam kehidupan sehari-hari pun dapat berfikir logis mengenai penyelesaian suatu masalah. Bahasa matematika bersifat universal, yang dapat dipahami oleh manusia di seluruh dunia sehingga matematika dapat menyatukan pemikiran setiap orang dari berbagai negara. Dengan demikian, matematika mampu menjalin hubungan antara manusia di seluruh dunia untuk mengembangkan segala disiplin ilmu yang bermanfaat bagi seluruh manusia dan alam sekitar. Antara Negara yang satu dengan Negara yang lain tidak terpecah-pecah, karena setiap Negara mempunyai hubungan yang erat antara yang satu dengan yang lain, ibarat sebuah anyaman.

Referensi:

Erman Suherman, et.al. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Jujun S. Suryasumantri. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pancaranintan Indahgraha

Rabu, 02 Desember 2009

Assalamu'alaikum Wr Wb

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya pertama kali maen blogg..